Artikel yang akan membahas informasi mengenai produksi vco terbaik. sebegamanana telah kita ketahui bahwasanya vco terbaik akan
Agung sang produsen
Di tangan Agung Saputra, produksi kelapa Kalibawang yang melimpah bisa diolah menjadi lebih bernilai ekonomis. Tidak hanya digunakan sebagai bahan masakan atau produk lainnya, kelapa dapat diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO).
Agung menuturkan, biasanya minyak kelapa memiliki kesan buruk, karena dianggap tinggi lemak jenuhnya. Bahkan ia telah membuktikan kandungan minyak kelapa tersebut dapat diolah bahkan bermanfaat bagi kesehatan dengan membuat VCO “Tanpa pemanas.
Yang paling sehat adalah minyak VCO,” kata Agung, Jumat (30/8/2019). Padahal, sudah setahun sejak memproduksi VCO di rumah, banyak orang yang tertarik untuk melakukan diet.
Produksi vco terbaik
Tidak hanya untuk konsumsi langsung, terkadang ada juga yang tertarik dengan kebutuhan kosmetik. Biasanya digunakan untuk pembuatan sabun natural atau organic, kata Agung. Berawal dari produksi kelapa yang melimpah di sekitar rumahnya di Kalibawang, ia berusaha mengembangkan produksi kelapa.
“Latar belakang pembuatan VCO karena di daerah ini kami melihat musim panen tidak diapresiasi, bahkan harganya bisa sampai Rp 1.000 per gabah. Padahal masa panennya sampai dua bulan. Setiap rumah punya kelapa,” tuturnya.
Merek pada produk VCO menggunakan nama unik tempatnya yaitu Menoreh VCO. Agung berani membeli buah kelapa yang tidak sesuai dengan harga pasar yang murah karena menurutnya buah kelapa dapat diolah untuk mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi.
Ia biasa membeli kelapa sebagai bahan baku VCO dengan harga tak kurang dari Rp 3.000 per butir. Untuk satu liter minyak VCO, dia membutuhkan 10 sampai 15 butir kelapa.
Diperlukan waktu sekitar dua hari untuk menghasilkan satu kali. Untuk setiap produksinya, dia bisa menghasilkan VCO sebanyak 20 liter. Ia kemudian menjualnya dalam berbagai ukuran dan varian harga. Tersedia ukuran 1 liter dengan harga Rp. 135.000 untuk ukuran terkecil 100 mililiter dengan harga Rp. 25.000.
Permintaan VCO semakin sibuk. “Kalau dulu peminatnya kurang dari 20 liter seminggu, sekarang lebih dari 20 liter bahkan dua jerigen,” kata Agung. Ukuran satu jerigen bisa menampung 20 liter.
Saat ini untuk pemasaran, Agung masih mengandalkan jaringan masyarakat yang membutuhkan produk organik. Meski begitu, ia mengaku pernah mencoba terjun ke pemasaran di Toko Milik Rakyat (Tomira) bahkan mencoba di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), namun karena pertimbangan bisnis, ia mengundurkan diri dan memilih mengandalkan jaringan.
Kepala Dinas Perindustrian Dinas Perdagangan Kulonprogo Dewantoro Slamet mengatakan potensi kelapa di Kulonprogo sangat melimpah. Banyak warga yang memanfaatkannya untuk gula, bahan masakan, atau produk olahan lainnya. Hanya saja, untuk mengembangkan dan memasarkannya ke bandara dibutuhkan inovasi yang kuat dan tahapan seleksi juga ketat.
Anda juga bisa menggunakan mesin vco untuk produktivitas yang maksimal.